Contoh Bab II
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Landasan Teori
a. Pengaruh
Sebelum membahas lebih lanjut tentang skripsi, Perlu
pemahaman yang benar mengenai kata pengaruh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
edisi kedua (1997:747), kata pengaruh yakni “daya yang ada atau timbul dari
sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan dan perbuatan
seseorang”. Sedangkan menurut Depdikbud kata pengaruh adalah “daya yang ada
atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak
kepercayaan dan perbuatan seseorang” (Depdikbud, 2001:845). Beberapa
ahli menjelaskan kata pengaruh, antara lain:
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu, baik orang
maupun benda dan sebagainya yang berkuasa atau yang berkekuatan dan berpengaruh
terhadap orang lain (Poerwardaminta:731).
Sedangkan menurut (Wojowasito, 1959:63), kata pengaruh itu adalah
“Terjemahan dari kata correlate/correlation, hubungan sebab akibat atau timbal balik.
Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang jika seorang
yang dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertentu, dapat dikatakan terdorong
untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan
motivasi yang mendorongnya. Bila ditinjau dari pengertian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengaruh adalah sebagai suatu daya yang ada atau timbul dari
suatu hal yang memiliki akibat atau hasil dan dampak yang ada. Menurut penulis,
pengaruh berarti sebab akibat antara variabel respond dan variebel prediktor
yaitu bagaimana kontribusi variabel prediktor terhadap terjadinya variabel
respon.
b. Komunikasi
1. Pengertian
Komunikasi merupakan sebuah kata yang abstrak dan
memiliki sejumlah arti. “Kata komunikasi atau communication dalam bahasa
inggris berasal dari bahasa latin communis yang berarti “sama”. Artinya
komunikasi ditunjukkan untuk menyamakan suatu pikiran, makna atau suatu pesan
yang dianut” (Widjaja, 2000:15) “Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non
verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk merubah tingkah laku” (Muhammad,
2005:4).
demikian pula pakar komunikasi mencoba untuk mendefinisikan komunikasi,
diantaranya adalah (Effendy,2001:10). Harold
laswel menyatakan bahwa yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab
pertanyaan sebagai berikut: “what says in
which channel to whom with what effect” (Komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu). Carl I. Hovland (psikologi eksperimen, seorang
pelopor komunikasi Amerika) menyatakan: “communication is the roses to modify
the behavior of other individuals” (komunkasi adalah proses mengubah perilaku
orang lain). Hovland (Azwar,2005:30) mendefenisikan komunikasi sebagai suatu
proses yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan stimuli (yang
biasanya dalam bentuk lisan) guna mengubah perilaku orang lain. Asumsi dasar
yang melandasi studi Hovland adalah anggapan bahwa efek komunikasi tertentu
yang berupa perubahan sikap akan bergantung sejauh mana komunikasi itu
diperhatikan, dipahami dan diterima.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa komunikasi diterima oleh penerima pesan atau komunikan. Guru
wali kelas sebagai komunikator menyampaikan materi pelajaran sebagai pesan
kepada siswanya sebagai komunikan.
2. Unsur-unsur Komunikasi
Menurut Lasswell ada lima unsur
komunikasi yang saling bergantung satu sama lain (Mulyana, 2005:63) yaitu:
a.
Pengirim (sender)
Pengirim
(sender) atau biasa disebut komunikator sumber yaitu pihak yang menyampaikan informasi atau pesan kepada
orang lain (receiver). Sender mempunyai tujuan yang beragam dalam memberikan
informasinya, menyampaikan berita atau gagasan, menghibur hingga tujuan untuk
mengubahkeyakinan dan mempengaruhi perilaku orang lain. Dalam komunikasi,
komunikator dapat menjadi komunikan dan sebaliknya komunikan dapat menjadi
komunikator.
b. Pesan atau
message
Pesan
atau message yaitu informasi apa yang sedang dikomunikasikan oleh seorang
kepada orang lain. Pesan merupakan seperangkat alat simbol verbal maupun non
verbal yang mewakili perasaan,nilai, gagasan, atau maksud sender tadi. Pesan
dapat disampaikan secara panjang lebar namun perlu diperhatikan dan diarahkan
pada tujuan akhir dari komunikasi.
c. Saluran atau media (channel)
Saluran atau media (channel) yaitu
alat atau wahana yang digunakan sender untuk menyampaikan pesannya kepada
receiver. Saluran dapat merujuk pada cara penyajian pesan, apakah langsung atau
lewat media cetak atau elektronik. Dalam komunikasi baik verbal maupun non
verbal, salah satu saluran yang paling dominan adalah bahasa.
d. Penerima (receiver)
Penerima (receiver), bisa
saja disebut atau tujuan (destination), khalayak (audience), yaitu orang-orang
yang menerima pesan dari sender.
e. Efek atau feed back
Penerima atau feed back yaitu apa yang terjadi
pada penerima (receiver) setelah ia menerima pesan tersebut apakah sesuai
dengan yang komunikator inginkan. Pendapat
Lasswell diatas dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran sebagai
berikut:
1. Dalam pengajaran dengan metode teacher center pengirim
atau komunikator yang dimaksud adalah
guru wali kelas. Guru wali kelas mempunyai informasi tertentu dan benar, mampu
mengirimkan informasi tersebut secara tepat pada kecepatan optimal dengan
menggunakan bantuan media dan sampai pada penerima informasi yaitu siswa. Namun
saat ini siswa dapat juga sebagai komunikator di saat siswa mengajukan
pertanyaan dan mengutarakan pengalaman-pengalamannya.
2. Pesan atau message yaitu materi pelajaran yang dapat
berupa pesan, berita atau pernyataan tertentu yang disampaikan oleh guru
sebagai komunikator kepada siswa sebagai komunikan.
3. Saluran atau media, dalam
proses pembelajaran media sering disebut sebagai media pembelajaran. Media akan
membantu guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa agar mudah memahami
materi pelajaran.
4. Efek atau feed back,
setelah guru menyampaikan materi kepada siswa diharapkan terjadi perubahan
dalam diri siswa, misalnya perubahan sikap, perubahan keyakinan, perubahan
tingkah laku.
a. Guru wali kelas
Wali Kelas adalah Guru yang membantu Kepala
Sekolah untuk membimbing siswa dalam mewujudkan disiplin kelas, sebagai manajer
dan motivator untuk membangkitkan gairah /minat siswa untuk beprestasi di
kelas. Tugas pokok dan fungsi wali kelas sebagai berikut :a. Pengelola kelas b. Mengenal dan memahami situasi kelasnya.c. Menyelenggarakan Administrasikan kelas meliputi :
1. Denah tempat duduk siswa
2. Papan Absen siswa
3. Daftar Pelajaran di kelas
4. Daftar Piket Kelas,
5. Struktur Organisasi Pengurus
Kelas
6. Tata Tertib siswa di kelas,
7. Buku Kemajuan Belajar.
8. Buku Mutasi Kelas.
9. Buku Peta Kelas
10. Buku Inventaris barang-barang di kelas
11. Buku Bimbingan kelas/ Kasus siswa
12. Buku Rapor
13. Buku
Daftar Siswa Berprestai di kelas
d. Memberikan motivasi kepada
siswa agar belajar sungguh-sungguh baik di sekolah maupun di luar sekolah.
e. Memantapkan siswa di
kelasnya, dalam mel;aksanakan tatakrama, sopan santun, tata tertib baik di
sekolah maupun di luar sekolah.
f. Menangani / mengatasi
hambatan dan gangguan terhadap kelancaran kegiatan kelas dan atau kegiatan
sekolah pada umumnya.
g. Mengerahkan siswa di
kelasnya untuk mengikuti egiatan-kegiatan sekolah sepertia. Upacara Bendera, Ceramah,
Pertandingan dan kegiatan.
h. Membimbing siswa kelasnya
dalam melaksanakan kegiatan Ekstrakurikuler (Peran serta kelas dalam hal
pengajuan calon pengurus OSIS, pemilihan ketua kelas, pemilihan siswa
berprestasi, acara kelas.
i. Melakukan Home Visit ( kujungan ke rumah / oang tua )
atau kelauarganya.
j. Memberikan masukan dalam penentuan kenaikan kelas bagi
siswa di kelasnya.
k. Mengisi / membagikan Buku Laporan Pendidikan (Rapor)
kepada Wali siswa.
l. Mengajukan saran dan usul kepada pimpinan sekolah
mengenai siswa yang menjadi bimbingannya.
m. Mengarahkan siswa agar peduli dengan kebersihan dan
peduli dengan lingkungannya
n. Membuat Laporan tertulis secara rutin setiap bulan.
Pengajaran pada dasarnya merupakan
suatu proses terjadinya interaksi antara guru dengan siswa melalui kegiatan
terpadu dari dua bentuk kegiatan, yakni kegiatan belajar siswa dengan kegiatan
mengajar guru. Belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku yang
disadari. Mengajar pada hakikatnya adalah usaha yang direncanakan melalui
pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai
kegiatan belajar sebaik mungkin. Untuk mencapai interaksi belajar mengajar
sudah barang tentu adanya komunikasi yang jelas antara guru (pengajar) dengan
siswa (pelajar) sehingga terpadunya dua kegiatan yakni kegiatan mengajar (usaha
guru) dengan kegiatan belajar (tugas siswa) yang berdaya guna dalam mencapai
pengajaran. Sering kita jumpai kegagalan pengajaran disebabkan lemahnya sistem
komunikasi, untuk itulah guru perlu mengembangkan pola komunikasi yang efektif
dalam proses belajar mengajar. Pentingnya
Komunikasi Guru Dalam Proses Pembelajaran Dalam proses belajar mengajar tidak
akan terlepas dengan interaksi. Menurut
Sukmadinata (2005:48) agar tujuan belajar tercapai maka dalam interaksi
tersebut harus didukung dengan komunikasi yang efektif. Pendidik dapat menggunakan
komunikasi dalam beberapa bentuk meliputi:
1. Penyampaian informasi
lisan
Interaksi
belajar mengajar bertujuan penyampaian informasi yang berupa pengetahuan
terutama dari guru kepada siswa. Informasi
disampaikan oleh guru dalam bentuk ceramah terhadap kelas atau kelompok.
2. Penyampaian informasi secara tertulis
Para guru
kemungkinan juga berkomunikasi dengan siswanya secara tertulis berupa
penyampaian bahan tertulis baik tulisannya sendiri atau karya orang lain supaya
dibaca dan dipelajari oleh siswa.
3. Komunikasi melalui media
elektronika
Perkembangan teknologi dewasa ini
telah memberikan dampak positif dalam dunia pendidikan. Kegiatan belajar
mengajar sudah mulai memanfaatkan media elektronika. Media elektronika yang
sering digunakan adalah kaset audio, kaset video, televisi, komputer, LCD, dan
masih banyak yang lainnya.
4. Komunikasi dalam
aktivitas kelompok
Dalam aktivitas kelompok, kemungkinan
mengadakan komunikasi ini lebih kaya dibandingkan dengan penyampaian informasi
baik lisan maupun tertulis. Baik antara guru dengan siswa atau siswa dengan
siswa lain bahkan antara siswa dengan manusia di luar sekolah dapat terjadi
komunikasi dalam berbagai kegiatan kelompok, seperti diskusi kelompok,
simulasi, permainan, penelitian, pemecahan masalah (Sukmadinata, 2005:10
3. Hambatan-hambatan komunikasi yang
ditemui dalam proses belajar mengajar
3.1)
Verbalistik, dimana guru menerangkan pelajaran hanya melalui katakata atau
secara lisan. Di sini yang aktif hanya guru, sedangkan murid lebih banyak
bersifat pasif, dan komunikasi bersifat satu arah.
3.2)
Perhatian yang bercabang, yaitu perhatian murid yang tidak terpusat pada
informasi yang disampaikan guru, tetapi bercabang perhatian lain.
3.3)
Tidak ada tanggapan, yaitu murid-murid tidak merespon secara aktif apa yang
disampaikan oleh guru, sehingga tidak terbentuk sikap yang diperlukan.
3.4)
Kurang perhatian, disebabkan prosedur dan metode pengajaran kurang bervariasi,
sehingga penyampaian informasi yang monoton menyebabkan kebosanan murid.
3.5)
Sikap pasif anak didik, yaitu tidak bergairahnya siswa dalam mengikuti
pelajaran disebabkan kesalahan memilih tehnik komunikasi
4. Ciri-ciri adanya komunikasi positif
antara Guru dengan siswa
4.1)
Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
4.
2) Hubungan baik antara guru dengan siswa
4.3)
Mampu mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa mendalami sendiri materi
belajar
4.4)
Menggunakan pertanyaan yang mendorong penalaran tingkat tinggi
4.5)
Mampu memfasilitasi berbagai pertanyaan dan komentar siswa
4.6)
Guru berperan sebagai pembimbing dan pendamping siswa.
4.7)
Terampil dalam berbagai teknik interaksi guna mencegah kebosanan
4.8)
Guru mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah pribadi lainnya yang
mungkin muncul.
5. Keberhasilan komunikasi
Ketercapaian tujuan komunikasi
merupakan keberhasilan komunikasi. Keberhasilan itu tergantung dari berbagai
factor sebagai berikut:
1.
Komunikator
Komunikator merupakan sumber dan
pengirim pesan. Kepercayaan penerima pesan pada komunikator serta keterampilan
komunikator dalam melakukan komunikasi menentukan keberhasilan komunikasi
2.
Pesan yang disampaikan
Keberhasilan
komunikasi tergantung dari:
a. Daya tarik pesan
b.
Kesesuaian pesan dengan kebutuhan penerima pesan
c. Lingkup pengalaman yang sama antara
pengirim dan penerima pesan tentang pesan tersebut
d.
Peran pesan dalam memenuhi kebutuhan penerima pesan
3.
Komunikan Keberhasilan komunikan tergantung dari:
a.
Kemampuan komunikan menafsirkan pesan
b.
Komunikan sadar bahwa pesan yang diterima memenuhi kebutuhannya
c.
Perhatian komunikan terhadap pesan yang diterima
4.
Konteks
Komunikasi
berlangsung dalam seting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif
(nyaman, menyenangkan, aman, menantang) sangat menunjang keberhasilan
komunikasi
5.
Sistem penyampaian Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media.
Metode dan media yang sesuai dengan berbagai jenis indra penerima pesan yang
kondisinya berbeda-berbeda akan sangat menunjang keberhasilan komunikasi.
b. Prestasi belajar
1. Pengertian
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan
proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami
pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada
pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya
yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat
yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.
Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang
dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam
raport.”Selanjutnya Winkel (1996:162)
mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu buktikeberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnyasesuai dengan
bobot yang dicapainya.”
Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17)
prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai
seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan
sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor,
sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu
memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
Prestasi
belajar adalah suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan
tes. Prestasi belajar adalah prestasi yang diperoleh disekolah dan di
luar sekolah. Prestasi belajar disekolah adalah hasil yang diperoleh anak-anak
berupa nilai mata pelajaran: (Sunartana,1997:55). Dari pengertian diatas dapat
dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat kedewasaan
yang langsung dapat diukur dengan tes. Penilaian dapat berupa angka atau huruf.
Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai dengan bakat yang
dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran
yang dikembangkan guru. Suasana keluarga yang mendorong anak untuk maju, selain
itu lingkungan
sekolah yang tertib, teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses
pencapaian prestasi belajar (Tulus Tu`u, 2004: 81).
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah :kemampuan aktual yang dapat diukur setelah mengalami proses
belajar praktek tentang pengetahuan dan ketrampilan tertentu,
nilai-nilai yang dicapai oleh siswa sebagai hasil dariproses belajar di
sekolah. Hasil yang diperoleh siswa dalam satu mata pelajaran dinyatakandalam
bentuk nilai yang disebut dengan prestasi belajar. Belajar merupakan proses yang berlangsung
pada diri individu yang didalamnya terdapat unsur-unsur atau elemen-elemen.
Menurut Cronbach (M. Surya 1979:57) ada tujuh elemen dalam proses belajar
yaitu:
a. Tujuan
Perbuatan belajar itu dimulai
karena ada tujuan yang ingin dicapai. Hal ini mengandung implikasi bahwa
belajar itu akan berlangsung dengan baik, bila belajar atau anak didik
menyadari secara jelas tentang tujuan yang akan dicapainya.
b. Kesiapan
Belajar akan berlangsung secara
efisien bila anak didik memiliki kesiapan, baik kematangan fisik maupun mental.
c. Situasi
Situasi dapat diartikan sebagai keseluruhan
objek atau berbagai kemungkinan yang mempengaruhi tingkah laku individu.
Situasi belajar ini perlu diperhatikan, sebab anak didik akan dapat belajar
dengan baik bila situasi belajarnya kondusif.
d. Interpretasi
Interpretasi dapat diartikan
sebagai suatu proses pengarahan perhatian kepada kegiatan-kegiatan situasi,
menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman masa lampau, kemudian meramalkan
apa yang dapat dilaksanakan atau dilakukan dalam situasi tersebut dalam
mencapai tujuan.
e. Respons
Setelah individu anak didik
menafsirkan situasi yang dihadapinya dan melakukan suatu tindakan yang dianggap
paling memadai untuk mencapai tujuan.
f. Akibat
Akibat (konsekuensi) yang
dialami individu setelah melakukan tindakan terhadap situasi yang dihadapinya
mungkin berhasil (mencapai tujuan yang diharapkan) atau gagal. Jika berhasil,
dia akan merasa puas, dan jika gagal dia akan merasa kecewa.
g. Reaksi terhadap kegagalan
Terdapat berbagai kemungkinan perilaku
individu terhadap kegagalan yang dialaminya seperti mengulangi tindakannya dari
awal, berdiam diri, dan kompensasi (mencari kepuasan dalam bidang lain).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar
2.1. Faktor dari dalam diri siswa (intern)
Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas menurut
Slameto (1995 : 54) yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor
kelelahan.
a. Faktor Jasmani
Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor kesehatan
dan faktor cacat tubuh.
1. Faktor kesehatan
Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa, jika
kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah
pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun ada
gangguan kelainan alat inderanya.
2. Cacat
tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta, setengah buta,
tulis, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain (Slameto, 2003 : 55).
b. Faktor psikologis
Dapat berupa
intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapa
1. Intelegensi
Slameto (2003: 56)
mengemukakan bahwa intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan
cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
2. Perhatian
Menurut al-Ghazali
dalam Slameto (2003 : 56) bahwa perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi
jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau sekumpulan
obyek. Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa harus mempunyai
perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi
perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan hobi
dan bakatnya.
3. Bakat
Menurut Hilgard dalam
Slameto (2003 : 57) bahwa bakat adalah the capacity to learn. Dengan kata lain,
bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian
kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. Kemudian menurut Muhibbin
(2003 : 136) bahwa bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
4. Minat
Menurut Jersild dan
Taisch dalam Nurkencana (1996 : 214) bahwa minat adalah menyakut
aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar
pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan
dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, wawasan
akan bertambah luas sehingga akan sangat mempengaruhi peningkatan atau
pencapaian prestasi belajar siswa yang seoptimal mungkin karena siswa yang
memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan
sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya.
5. Motivasi
Menurut Slameto (2003 :
58) bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai
dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan
tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab
berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
6. Kematangan
Menurut Slameto (2003 :
58) bahwa kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan
seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.
Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah suatu organ atau alat
tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri makhluk telah mencapai
kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing kematang itu datang atau
tiba waktunya dengan sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil
jika anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses belajar mengajar.
7. Kesiapan
Kesiapan menurut James
Drever seperti yang dikutip oleh Slameto (2003 : 59) adalah preparedes to
respon or react, artinya kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi. Jadi,
dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa kesiapan siswa dalam proses
belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian
prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri
mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baik.
c. Faktor kelelahan
Ada beberapa faktor
kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
Sebagaimana dikemukakan oleh Slameto (1995:59) sebagai berikut: “Kelelahan
jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk
membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena ada substansi sisa
pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian tertentu.
Sedangkan kelelahan rohani dapat terus menerus karena memikirkan masalah yang
berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai
dengan minat dan perhatian”.Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan
rohani dapat mempengaruhi prestasi belajar dan agar siswa belajar dengan baik
haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya seperti
lemah lunglainya tubuh. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari
kelelahan rohani seperti memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat,
mengerjakan sesuatu karena terpaksa tidak sesuai dengan minat dan perhatian. Ini semua besar sekali pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar
siswa. Agar siswa selaku pelajar dengan baik harus tidak terjadi kelelahan
fisik dan psikis.
1.2.2. Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern)
Faktor ekstern yang
berpengaruh terhadap prestasi belajar dapatlah dikelompokkan menjadi tiga
faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat (Slameto,
1995 : 60)
a. Faktor keluarga
Faktor keluarga sangat
berperan aktif bagi siswa dan dapat mempengaruhi dari keluarga antara lain:
cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga,
pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan
suasana rumah.
1. Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik
besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak, hal ini dipertegas
oleh Wirowidjojo dalam Slameto (2003 : 60) mengemukakan bahwa keluarga adalah
lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya
untuk mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan mutu pendidikan
dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan negara. Dari
pendapat di atas dapat dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan
anaknya. Cara orang mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
2. Relasi antar anggota keluarga
Menurut Slameto (2003 : 60) bahwa yang penting dalam keluarga adalah relasi
orang tua dan anaknya. Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan
keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah
apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau sikap acuh tak
acuh, dan sebagainya.
3. Keadaan keluarga
Menurut Hamalik (2002 :
160) mengemukakan bahwa keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar
anak karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat
menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua,
tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap keluarga terhadap masalah
sosial dan realitas kehidupan. Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan
keluarga dapa mempengaruhi prestasi belajar anak sehingga faktor inilah yang
memberikan pengalaman kepada anak untuk dapat menimbulkan prestasi, minat,
sikap dan pemahamannya sehingga proses belajar yang dicapai oleh anak itu dapat
dipengaruhi oleh orang tua yang tidak berpendidikan atau kurang ilmu
pengetahuannya.
4. Pengertian orang tua
Menurut Slameto (2003 :
64) bahwa anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak
sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak
mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya
sedapat mungkin untuk mengatasi kesulitan yang dialaminya.
5. Keadaan ekonomi keluarga
Menurut Slameto (2003 :
63) bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak
yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan,
pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas
belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan
sebagainya.
6. Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau
kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar (Roestiyah, 1989: 156). Oleh karena itu perlu kepada anak
ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong tercapainya hasil belajar
yang optimal.
7. Suasana rumah
Suasana rumah sangat
mempengaruhi prestasi belajar, hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003 :
63) yang mengemukakan bahwa suasana rumah merupakan situasi atau kejadian yang
sering terjadi di dalam keluarga di mana anak-anak berada dan belajar. Suasana
rumah yang gaduh, bising dan semwarut tidak akan memberikan ketenangan terhadap
diri anak untuk belajar. Suasana ini dapat terjadi pada keluarga yang besar
terlalu banyak penghuninya. Suasana yang tegang, ribut dan sering terjadi
cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga yang lain yang menyebabkan anak
bosan tinggal di rumah, suka keluar rumah yang akibatnya belajarnya kacau serta
prestasinya rendah.
b. Faktor sekolah
Faktor sekolah dapat
berupa cara guru mengajar, ala-alat pelajaran, kurikulum, waktu sekolah,
interaksi guru dan murid, disiplin sekolah, dan media pendidikan, yaitu :
1. Guru dan cara mengajar
Menurut Purwanto (2004
: 104) faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting, bagaimana
sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh
guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak
didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. Sedangkan
menurut Nana Sudjana dalam Djamarah
(2006 : 39) mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses , yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan
yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak
didik melakukan proses belajar.
Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya
sebagai pembimbing, guru harus berusaha menhidupkan dan memberikan motivasi,
agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Dengan demikian cara mengajar guru
harus efektif dan dimengerti oleh anak didiknya, baik dalam menggunakan model,
tehnik ataupun metode dalam mengajar yang akan disampaikan kepada anak didiknya
dalam proses belajar mengajar dan disesuaikan dengan konsep yang diajarkan
berdasarkan kebutuhan siswa dalam proses belajar mengajar
2. Alat-alat pelajaran
Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat belajar adalah
suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa, misalnya perpustakaan, laboratorium, dan sebagaianya. Menurut Purwanto
(2004 : 105) menjelaskan bahwa sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan
perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik
dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan
mempermudah dan mempercepat belajar anak.
3. Kurikulum
Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan
itu sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai
dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa
kurikulum yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar
maupun prestasi belajar siswa.
c. Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor yang
mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa antara lain teman bergaul,
kegiatan lain di luar sekolah dan cara hidup di lingkungan keluarganya.
1. Kegiatan siswa dalam masyarakat
Menurut Slameto (2003 :
70) mengatakan bahwa kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan
terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan
masyarakat yang telalu banyak misalnya berorganisasi, kegiatan sosial,
keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana
dalam mengatur waktunya.
2. Teman Bergaul
Anak perlu bergaul
dengan anak lain, untik mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga
jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk perangainya. Perbuatan tidak
baik mudah berpengaruh terhadap orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa
mereka bergaul. Menurut Slameto (2003 : 73) agar siswa dapat belajar, teman
bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga
sebaliknya, teman bergaul yang jelek perangainya pasti mempengaruhi sifat
buruknya juga, maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang
baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan
pendidik harus bijaksana.
3. Cara Hidup Lingkungan
Cara hidup tetangga
disekitar rumah di mana anak tinggal, besar pengaruh terhadap pertumbuhan anak
(Roestiyah, 1989 : 155). Hal ini misalnya anak tinggal di lingkungan
orang-orang rajib belajar, otomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin juga
tanpa disuruh. Faktor eksternal ini dapat menimbulkan pengaruh positif antara
lain dilihat dari
1. Ekonomi keluarga
Menurut Slameto (1993 :
63), bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak
yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian,
perlindungan kesehatan dan lain-lain. Juga membutuhkan fasilitas belajar
seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku dan
lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai
cukup uang.
2. Guru dan cara
mengajar
Guru dan cara mengajar
merupakan faktor yang penting bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi
rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu
menyampaikan pengatahuan itu kepada anak-anak didiknya. Ini sangat berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa karena guru yang berpengetahuan tinggi dan cara
mengajar yang bagus akan memperlancar proses belajar mengajar sehingga siswa
dengan mudah menerima pengetahuan yang disampaikan oleh gurunya.
3. Interaksi guru dan murid
Interaksi guru dan
murid dapat mempengaruhi juga dengan prestasi belajar, karena interaksi yang
lancar akan membuat siswa itu tidak merasa segan berpartisipasi secara aktif di
dalam proses belajar mengajar.
4. Kegiatan siswa dalam
masyarakat
Kegaiatan siswa dalam
masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya misalnya
berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, kegiatan keagamaan, dan lain-lain.
5. Teman bergaul
Anak perlu bergaul
dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisainya karena siswa dapat belajar
dengan baik apabila teman bergaulnya baik tetapi perlu dijaga jangan sampai
mendapatkan teman bergaul yang buruk perangainya
6. Cara hidup lingkungan
Cara hidup tetangga di
sekitar rumah besar pengaruhnya pada pertumbuhan anak (Roestiyah 1989 : 155).
Hal ini misalnya anak yang tinggal di lingkungan orang-orang yang rajin belajar otomatis anak tersebut
akan berpengaruh rajin belajar tanpa disuruh. Faktor eksternal yang dapat
menimbulkan pengaruh negatif bagi prestasi anak adalah:
a. Cara
mendidik
Orang tua yang
memanjakan anaknya, maka setelah anaknya sekolah akan menjadi anak yang kurang
bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan atau kesulitan. Juga orang tua
yang mendidik anaknya secara keras maka anak tersebut manjadi penakut dan tidak
percaya diri.
b. Interaksi guru dan murid
Guru yang kurang
berinteraksi dengan murid secara intern menyebabkan proses balajar mengajar
menjadi kurang lancar juga anak merasa jauh dari guru maka segan berpartisipasi
secara aktif dalam belajarnya. Guru yang mengajar bukan pada keahliannya, serta
sekolah yang memiliki fasilitas dan sarana yang kurang memadai maka bisa
menyebabkan prestasi belajarnya rendah.
1.3. Jenis dan
indikator prestasi belajar
Prestasi belajar pada
dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai setelah seseorang
belajar. Menurut Ahmad Tafsir (2008: 34-35), hasil belajar atau bentuk
perubahan tingkah laku yang diharapkan itu merupakan suatu target atau tujuan
pembelajaran yang meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: 1) tahu, mengetahui (knowing);
2) terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing); dan 3)
melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekwen (being). Adapun
menurut Benjamin S. Bloom, sebagaimana yang dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullah
(2008), bahwa hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga ranah yaitu: 1)
ranah kognitif (cognitive domain); 2) ranah afektif (affective domain); dan 3)
ranah psikomotor (psychomotor domain).
Bertolak dari kedua
pendapat tersebut di atas, penulis lebih cenderung kepada pendapat Benjamin S.
Bloom. Kecenderungan ini didasarkan pada alasan bahwa ketiga ranah yang
diajukan lebih terukur, dalam artian bahwa untuk mengetahui prestasi belajar
yang dimaksudkan mudah dan dapat dilaksanakan, khususnya pada pembelajaran yang
bersifat formal. Sedangkan ketiga aspek tujuan pembelajaran yang diajukan oleh
Ahmad Tafsir sangat sulit untuk diukur. Walaupun pada dasarnya bisa saja
dilakukan pengukuran untuk ketiga aspek tersebut, namun ia membutuhkan waktu
yang tidak sedikit, khususnya pada aspek being, di mana proses pengukuran aspek
ini harus dilakukan melalui pengamatan yang berkelanjutan sehingga diperoleh
informasi yang meyakinkan bahwa seseorang telah benar-benar melaksanakan apa
yang ia ketahui dalam kesehariannya secara rutin dan konsekuen.
Berdasarkan hal
tersebut, maka penulis berkesimpulan bahwa jenis prestasi belajar itu meliputi
3 (tiga) ranah atau aspek, yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain); 2)
ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah psikomotor (psychomotor domain).
Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah tersebut
di atas diperlukan patokan-patokan atau indikator-indikator sebagai penunjuk
bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu dari
ketiga ranah tersebut. Dalam hal ini Muhibbin Syah (2008: 150) mengemukakan
bahwa: kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator
(penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak
diungkapkan atau diukur.
Pengetahuan dan
pemahaman yang mendalam mengenai indikator-indikator prestasi belajar sangat
diperlukan ketika seseorang akan menggunakan alat dan kiat evaluasi. Muhibbin
Syah (2008: 150) mengemukakan bahwa urgensi pengetahuan dan pemahaman yang
mendalam mengenai jenis-jenis prestasi belajar dan indikator-indikatornya
adalah bahwa pemilihan dan pengunaan alat evaluasi akan menjadi lebih tepat,
reliabel, dan valid.
Selanjutnya agar lebih
mudah dalam memahami hubungan antara jenis-jenis belajar dengan
indikator-indikatornya, berikut ini penulis sajikan sebuah tabel yang disarikan
dari tabel jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi (Muhibbin Syah, 2008:
151).
B. Kerangka
Berpikir
Guru sebagai bagian dari lingkungan
sekolah berperan besar dalam menumbuhkan niat belajar dalam diri siswa sehingga
mampu menciptakan pembelajaran yang efektif, Siswa akan semakin bersemangat
untuk belajar, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Secara
sistematis kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai
berikut :
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
|
|
|
|
|
|
|
Komunikasi guru
dan murid
Secara lisan
Secara tertulis
Melalui media
elektronik
|
|
|
|
Prestasi belajar
Nilai meningkat
Rangking kelas naik
|
|
|
|
|
|
C. Hipotesis
Penelitian
“Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk
kalimat tanya (Sugiyono, 2010:
96)”. Menurut Suharsimi
(2006: 71), “hipotesis
dapat diartikan sebagai suatu
jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Hipotesis
dalam penelitian ini, yaitu: “Ada
pengaruh positif dan signifikan komunikasi guru wali kelas terhadap prestasi
siswa SMPN 8 Surakarta”.