Senin, 14 Agustus 2017

Menghitung Korelasi pearson product dengan SPSS 21

   

     Bagi peneliti yang menggunakan pendekatan kuantitatif mungkin akan menjumpai beberapa alat bantu analisis baik berupa software maupun alat hitung yang berfungsi membantu peneliti dalam mengolah data yang didapat dilapangan.
     Salah satu software yang sering digunakan adalah software package used for statistical analysis atau biasa disingkat SPSS.(Statistical Product And Service Solution) merupakan program yang digunakan untuk melakukan perhitungan statistik menggunakan komputer. Kelebihan program ini adalah kita dapat melakukan secara lebih cepat semua perhitungan statistik dari yang sederhana sampaiyang rumit sekalipun, jika dilakukan secara manual akan memakan waktu lebih lama.
     Sebelum dilakukan pengolahan data terlebih dahulu dipersiapkan variabel dan data-datayang akan diinput di program SPSS. Data-data yang akan diolah memiliki aturan tertentu, seperti: tipe variabel (numeric, Dae, string, dsb) dan ukuran data.  
Sebagai contoh saya akan mengolah data penelitian korelasi atau correlation antara Kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan siswa. Berikut tahapan cara pengolahannya:
  1. Pertama siapkan data nilai pretest dan posttest nya. 
  2. Kedua, buka aplikasi SPSS kamu. Aplikasi SPSS akan memunculkan dua tampilan. Yang pertama tampilan tempat mengolah data dan tempat kedua adalah tempat data hasil pengolahan (Output), gambarnya seperti dibawah ini:

      3. Input data kedalam tempat penginputan, atau buka file yang sudah disiapkan lewat excel. Seperti yang ada dibawah ini: 
 4. Selanjutnya klik toolbar analyze > lalu pilih descriptiv statistic > pilih explore maka akan munul gambar seperti ini:
 5. langkah selanjutnya adalah kita bisa menguji normalitas dari data yang kita masukan dengan langkah langkah berikut ini
1. Masukan variabel yang akan diuji normalitasnya ke kotak dependent list
2. Klik plots
3. Aktifkan normality with plots with test. Klik continue kemudian ok, seperti gambar dibawah ini
 6. Hasilnya:
   7. Selanjutnya kita uji coefficient correlation nya, Selanjutnya klik toolbar analyze > lalu pilih correlate > pilih bivariate. Seperti gambar dibawah ini:
 8.Selanjutnya masukkan kedua variabel, Centang "pearson" lalu kilk Ok!

9. Nilai Coefficient correlation nya:
 10. Uji regresi. klik toolbar analyze > pilih Regression > pilih Linear, lalu masukkan variablenya dan akan muncul hasilnya seperti ini:

Berikut ini ada tutorial Menghitung Corelasi Moment Product dengan video:
Semoga bermanfaat bagi setiap orang yang mengerjakan skripsi

Minggu, 13 Agustus 2017

BAB II (Kuantitatif)

Contoh Bab II
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Landasan Teori
a. Pengaruh
Sebelum membahas lebih lanjut tentang skripsi, Perlu pemahaman yang benar mengenai kata pengaruh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1997:747), kata pengaruh yakni “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan dan perbuatan seseorang”. Sedangkan menurut Depdikbud kata pengaruh adalah “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak kepercayaan dan perbuatan seseorang” (Depdikbud, 2001:845). Beberapa ahli menjelaskan kata pengaruh, antara lain:  Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu, baik orang maupun benda dan sebagainya yang berkuasa atau yang berkekuatan dan berpengaruh terhadap orang lain (Poerwardaminta:731).  Sedangkan menurut (Wojowasito, 1959:63), kata pengaruh itu adalah “Terjemahan dari kata correlate/correlation, hubungan sebab akibat atau timbal balik. 
Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang jika seorang yang dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya. Bila ditinjau dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh adalah sebagai suatu daya yang ada atau timbul dari suatu hal yang memiliki akibat atau hasil dan dampak yang ada. Menurut penulis, pengaruh berarti sebab akibat antara variabel respond dan variebel prediktor yaitu bagaimana kontribusi variabel prediktor terhadap terjadinya variabel respon.
b. Komunikasi
1. Pengertian
Komunikasi merupakan sebuah kata yang abstrak dan memiliki sejumlah arti. “Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari bahasa latin communis yang berarti “sama”. Artinya komunikasi ditunjukkan untuk menyamakan suatu pikiran, makna atau suatu pesan yang dianut” (Widjaja, 2000:15) “Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk merubah tingkah laku” (Muhammad, 2005:4).  demikian pula pakar komunikasi mencoba untuk mendefinisikan komunikasi, diantaranya adalah (Effendy,2001:10). Harold laswel menyatakan bahwa yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: “what says in which channel to whom with what effect” (Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu). Carl I. Hovland (psikologi eksperimen, seorang pelopor komunikasi Amerika) menyatakan: “communication is the roses to modify the behavior of other individuals” (komunkasi adalah proses mengubah perilaku orang lain). Hovland (Azwar,2005:30) mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan stimuli (yang biasanya dalam bentuk lisan) guna mengubah perilaku orang lain. Asumsi dasar yang melandasi studi Hovland adalah anggapan bahwa efek komunikasi tertentu yang berupa perubahan sikap akan bergantung sejauh mana komunikasi itu diperhatikan, dipahami dan diterima.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi diterima oleh penerima pesan atau komunikan. Guru wali kelas sebagai komunikator menyampaikan materi pelajaran sebagai pesan kepada siswanya sebagai komunikan.
2. Unsur-unsur Komunikasi
            Menurut Lasswell ada lima unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain (Mulyana, 2005:63) yaitu:
a. Pengirim (sender)
            Pengirim (sender) atau biasa disebut komunikator sumber yaitu pihak yang  menyampaikan informasi atau pesan kepada orang lain (receiver). Sender mempunyai tujuan yang beragam dalam memberikan informasinya, menyampaikan berita atau gagasan, menghibur hingga tujuan untuk mengubahkeyakinan dan mempengaruhi perilaku orang lain. Dalam komunikasi, komunikator dapat menjadi komunikan dan sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator.
b. Pesan atau message
            Pesan atau message yaitu informasi apa yang sedang dikomunikasikan oleh seorang kepada orang lain. Pesan merupakan seperangkat alat simbol verbal maupun non verbal yang mewakili perasaan,nilai, gagasan, atau maksud sender tadi. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar namun perlu diperhatikan dan diarahkan pada tujuan akhir dari komunikasi.
c. Saluran atau media (channel)
            Saluran atau media (channel) yaitu alat atau wahana yang digunakan sender untuk menyampaikan pesannya kepada receiver. Saluran dapat merujuk pada cara penyajian pesan, apakah langsung atau lewat media cetak atau elektronik. Dalam komunikasi baik verbal maupun non verbal, salah satu saluran yang paling dominan adalah bahasa.
d. Penerima (receiver)
             Penerima (receiver), bisa saja disebut atau tujuan (destination), khalayak (audience), yaitu orang-orang yang menerima pesan dari sender.
e. Efek atau feed back
             Penerima atau feed back yaitu apa yang terjadi pada penerima (receiver) setelah ia menerima pesan tersebut apakah sesuai dengan yang komunikator inginkan. Pendapat Lasswell diatas dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Dalam pengajaran dengan metode teacher center pengirim atau komunikator yang  dimaksud adalah guru wali kelas. Guru wali kelas mempunyai informasi tertentu dan benar, mampu mengirimkan informasi tersebut secara tepat pada kecepatan optimal dengan menggunakan bantuan media dan sampai pada penerima informasi yaitu siswa. Namun saat ini siswa dapat juga sebagai komunikator di saat siswa mengajukan pertanyaan dan mengutarakan pengalaman-pengalamannya.
2. Pesan atau message yaitu materi pelajaran yang dapat berupa pesan, berita atau pernyataan tertentu yang disampaikan oleh guru sebagai komunikator kepada siswa sebagai komunikan.
3. Saluran atau media, dalam proses pembelajaran media sering disebut sebagai media pembelajaran. Media akan membantu guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa agar mudah memahami materi pelajaran.
4. Efek atau feed back, setelah guru menyampaikan materi kepada siswa diharapkan terjadi perubahan dalam diri siswa, misalnya perubahan sikap, perubahan keyakinan, perubahan tingkah laku.
a. Guru wali kelas
             Wali Kelas adalah Guru yang membantu Kepala Sekolah untuk membimbing siswa dalam mewujudkan disiplin kelas, sebagai manajer dan motivator untuk membangkitkan gairah /minat siswa  untuk beprestasi di kelas. Tugas pokok dan fungsi wali kelas sebagai berikut :a. Pengelola kelas b. Mengenal dan memahami situasi kelasnya.c. Menyelenggarakan Administrasikan kelas meliputi :
1. Denah  tempat duduk siswa
2. Papan Absen siswa
3. Daftar Pelajaran di kelas
4. Daftar Piket Kelas,
5. Struktur Organisasi Pengurus Kelas
6. Tata Tertib siswa di kelas,
7. Buku Kemajuan Belajar.
8. Buku Mutasi Kelas.
9. Buku Peta Kelas
10. Buku Inventaris barang-barang di kelas
11. Buku Bimbingan kelas/ Kasus siswa
12. Buku Rapor
13. Buku Daftar Siswa Berprestai  di kelas
d. Memberikan motivasi kepada siswa agar belajar sungguh-sungguh baik di sekolah maupun di luar sekolah.
e. Memantapkan siswa di kelasnya, dalam mel;aksanakan tatakrama, sopan santun, tata tertib baik di sekolah maupun di luar sekolah.
f. Menangani / mengatasi hambatan dan gangguan terhadap kelancaran kegiatan kelas dan atau kegiatan sekolah pada umumnya.
g. Mengerahkan siswa di kelasnya untuk mengikuti egiatan-kegiatan sekolah sepertia. Upacara Bendera, Ceramah, Pertandingan dan kegiatan.
h. Membimbing siswa kelasnya dalam melaksanakan kegiatan Ekstrakurikuler (Peran serta kelas dalam hal pengajuan calon pengurus OSIS, pemilihan ketua kelas, pemilihan siswa berprestasi, acara kelas.
i. Melakukan Home Visit ( kujungan ke rumah / oang tua ) atau kelauarganya.
j. Memberikan masukan dalam penentuan kenaikan kelas bagi siswa di kelasnya.
k. Mengisi / membagikan Buku Laporan Pendidikan (Rapor) kepada Wali siswa.
l. Mengajukan saran dan usul kepada pimpinan sekolah mengenai siswa yang menjadi bimbingannya.
m. Mengarahkan siswa agar peduli dengan kebersihan dan peduli dengan lingkungannya
n. Membuat Laporan tertulis secara rutin setiap bulan.
         Pengajaran pada dasarnya merupakan suatu proses terjadinya interaksi antara guru dengan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yakni kegiatan belajar siswa dengan kegiatan mengajar guru. Belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku yang disadari. Mengajar pada hakikatnya adalah usaha yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sebaik mungkin. Untuk mencapai interaksi belajar mengajar sudah barang tentu adanya komunikasi yang jelas antara guru (pengajar) dengan siswa (pelajar) sehingga terpadunya dua kegiatan yakni kegiatan mengajar (usaha guru) dengan kegiatan belajar (tugas siswa) yang berdaya guna dalam mencapai pengajaran. Sering kita jumpai kegagalan pengajaran disebabkan lemahnya sistem komunikasi, untuk itulah guru perlu mengembangkan pola komunikasi yang efektif dalam proses belajar mengajar. Pentingnya Komunikasi Guru Dalam Proses Pembelajaran Dalam proses belajar mengajar tidak akan terlepas dengan interaksi. Menurut  Sukmadinata (2005:48) agar tujuan belajar tercapai maka dalam interaksi tersebut harus didukung dengan komunikasi yang efektif. Pendidik dapat menggunakan komunikasi dalam beberapa bentuk meliputi:
1. Penyampaian informasi lisan
        Interaksi belajar mengajar bertujuan penyampaian informasi yang berupa pengetahuan terutama dari guru kepada siswa. Informasi disampaikan oleh guru dalam bentuk ceramah terhadap kelas atau kelompok.
2. Penyampaian informasi secara tertulis
         Para guru kemungkinan juga berkomunikasi dengan siswanya secara tertulis berupa penyampaian bahan tertulis baik tulisannya sendiri atau karya orang lain supaya dibaca dan dipelajari oleh siswa.
3. Komunikasi melalui media elektronika
          Perkembangan teknologi dewasa ini telah memberikan dampak positif dalam dunia pendidikan. Kegiatan belajar mengajar sudah mulai memanfaatkan media elektronika. Media elektronika yang sering digunakan adalah kaset audio, kaset video, televisi, komputer, LCD, dan masih banyak yang lainnya.
4. Komunikasi dalam aktivitas kelompok
         Dalam aktivitas kelompok, kemungkinan mengadakan komunikasi ini lebih kaya dibandingkan dengan penyampaian informasi baik lisan maupun tertulis. Baik antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa lain bahkan antara siswa dengan manusia di luar sekolah dapat terjadi komunikasi dalam berbagai kegiatan kelompok, seperti diskusi kelompok, simulasi, permainan, penelitian, pemecahan masalah (Sukmadinata, 2005:10
3. Hambatan-hambatan komunikasi yang ditemui dalam proses belajar mengajar
3.1) Verbalistik, dimana guru menerangkan pelajaran hanya melalui katakata atau secara lisan. Di sini yang aktif hanya guru, sedangkan murid lebih banyak bersifat pasif, dan komunikasi bersifat satu arah.
3.2) Perhatian yang bercabang, yaitu perhatian murid yang tidak terpusat pada informasi yang disampaikan guru, tetapi bercabang perhatian lain.
3.3) Tidak ada tanggapan, yaitu murid-murid tidak merespon secara aktif apa yang disampaikan oleh guru, sehingga tidak terbentuk sikap yang diperlukan.
3.4) Kurang perhatian, disebabkan prosedur dan metode pengajaran kurang bervariasi, sehingga penyampaian informasi yang monoton menyebabkan kebosanan murid.
3.5) Sikap pasif anak didik, yaitu tidak bergairahnya siswa dalam mengikuti pelajaran disebabkan kesalahan memilih tehnik komunikasi
4. Ciri-ciri adanya komunikasi positif antara Guru dengan siswa
4.1) Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
4. 2) Hubungan baik antara guru dengan siswa
4.3) Mampu mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa mendalami sendiri materi belajar
4.4) Menggunakan pertanyaan yang mendorong penalaran tingkat tinggi
4.5) Mampu memfasilitasi berbagai pertanyaan dan komentar siswa
4.6) Guru berperan sebagai pembimbing dan pendamping siswa.
4.7) Terampil dalam berbagai teknik interaksi guna mencegah kebosanan
4.8) Guru mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah pribadi lainnya yang mungkin muncul.
5. Keberhasilan komunikasi
         Ketercapaian tujuan komunikasi merupakan keberhasilan komunikasi. Keberhasilan itu tergantung dari berbagai factor sebagai berikut:
1. Komunikator
        Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Kepercayaan penerima pesan pada komunikator serta keterampilan komunikator dalam melakukan komunikasi menentukan keberhasilan komunikasi
2. Pesan yang disampaikan
Keberhasilan komunikasi tergantung dari:
 a. Daya tarik pesan
b. Kesesuaian pesan dengan kebutuhan penerima pesan
 c. Lingkup pengalaman yang sama antara pengirim dan penerima pesan tentang pesan tersebut
d. Peran pesan dalam memenuhi kebutuhan penerima pesan
3. Komunikan Keberhasilan komunikan tergantung dari:
a. Kemampuan komunikan menafsirkan pesan
b. Komunikan sadar bahwa pesan yang diterima memenuhi kebutuhannya
c. Perhatian komunikan terhadap pesan yang diterima
4. Konteks
Komunikasi berlangsung dalam seting atau lingkungan tertentu. Lingkungan yang kondusif (nyaman, menyenangkan, aman, menantang) sangat menunjang keberhasilan komunikasi
5. Sistem penyampaian Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media. Metode dan media yang sesuai dengan berbagai jenis indra penerima pesan yang kondisinya berbeda-berbeda akan sangat menunjang keberhasilan komunikasi.
b. Prestasi belajar
1. Pengertian
        Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu buktikeberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnyasesuai dengan bobot yang dicapainya.”
Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17)
prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

       Prestasi belajar adalah suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes. Prestasi belajar adalah prestasi yang diperoleh disekolah dan di luar sekolah. Prestasi belajar disekolah adalah hasil yang diperoleh anak-anak berupa nilai mata pelajaran: (Sunartana,1997:55). Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes. Penilaian dapat berupa angka atau huruf. Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai dengan bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru. Suasana keluarga yang mendorong anak untuk maju, selain itu lingkungan sekolah yang tertib, teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses pencapaian prestasi belajar (Tulus Tu`u, 2004: 81).
        Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah :kemampuan aktual yang dapat diukur setelah mengalami proses belajar praktek tentang pengetahuan dan ketrampilan tertentu, nilai-nilai yang dicapai oleh siswa sebagai hasil dariproses belajar di sekolah. Hasil yang diperoleh siswa dalam satu mata pelajaran dinyatakandalam bentuk nilai yang disebut dengan prestasi belajar. Belajar merupakan proses yang berlangsung pada diri individu yang didalamnya terdapat unsur-unsur atau elemen-elemen. Menurut Cronbach (M. Surya 1979:57) ada tujuh elemen dalam proses belajar yaitu:
a. Tujuan
Perbuatan belajar itu dimulai karena ada tujuan yang ingin dicapai. Hal ini mengandung implikasi bahwa belajar itu akan berlangsung dengan baik, bila belajar atau anak didik menyadari secara jelas tentang tujuan yang akan dicapainya.
b. Kesiapan
Belajar akan berlangsung secara efisien bila anak didik memiliki kesiapan, baik kematangan fisik maupun mental.
c. Situasi
Situasi dapat diartikan sebagai keseluruhan objek atau berbagai kemungkinan yang mempengaruhi tingkah laku individu. Situasi belajar ini perlu diperhatikan, sebab anak didik akan dapat belajar dengan baik bila situasi belajarnya kondusif.
d. Interpretasi
Interpretasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengarahan perhatian kepada kegiatan-kegiatan situasi, menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman masa lampau, kemudian meramalkan apa yang dapat dilaksanakan atau dilakukan dalam situasi tersebut dalam mencapai tujuan.
e. Respons
Setelah individu anak didik menafsirkan situasi yang dihadapinya dan melakukan suatu tindakan yang dianggap paling memadai untuk mencapai tujuan.
f. Akibat
Akibat (konsekuensi) yang dialami individu setelah melakukan tindakan terhadap situasi yang dihadapinya mungkin berhasil (mencapai tujuan yang diharapkan) atau gagal. Jika berhasil, dia akan merasa puas, dan jika gagal dia akan merasa kecewa.

g. Reaksi terhadap kegagalan
Terdapat berbagai kemungkinan perilaku individu terhadap kegagalan yang dialaminya seperti mengulangi tindakannya dari awal, berdiam diri, dan kompensasi (mencari kepuasan dalam bidang lain).
2.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
2.1.   Faktor dari dalam diri siswa (intern)
Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas menurut Slameto (1995 : 54) yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan.
a.    Faktor Jasmani
Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.
1.  Faktor kesehatan
Faktor kesehatan sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya.
2.    Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain (Slameto, 2003 : 55).
b.  Faktor psikologis
Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapa
1.    Intelegensi
Slameto (2003: 56) mengemukakan bahwa intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
2.    Perhatian
Menurut al-Ghazali dalam Slameto (2003 : 56) bahwa perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau sekumpulan obyek. Untuk menjamin belajar yang lebih baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa belajar dengan baik, usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya.
3.    Bakat
Menurut Hilgard dalam Slameto (2003 : 57) bahwa bakat adalah the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih. Kemudian menurut Muhibbin (2003 : 136) bahwa bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
4.    Minat
Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996 : 214) bahwa minat adalah menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat mempengaruhi peningkatan atau pencapaian prestasi belajar siswa yang seoptimal mungkin karena siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya.
5.    Motivasi
Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
6.    Kematangan
Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa kematangan adalah sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru. Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan adalah suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing kematang itu datang atau tiba waktunya dengan sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jika anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses belajar mengajar.
7.    Kesiapan 
Kesiapan menurut James Drever seperti yang dikutip oleh Slameto (2003 : 59) adalah preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi. Jadi, dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa kesiapan siswa dalam proses belajar mengajar, sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baik.
c.  Faktor kelelahan
Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Sebagaimana dikemukakan oleh Slameto (1995:59) sebagai berikut: “Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena ada substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat terus menerus karena memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai dengan minat dan perhatian”.Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan rohani dapat mempengaruhi prestasi belajar dan agar siswa belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya seperti lemah lunglainya tubuh. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan rohani seperti memikirkan masalah yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa tidak sesuai dengan minat dan perhatian. Ini semua besar sekali pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Agar siswa selaku pelajar dengan baik harus tidak terjadi kelelahan fisik dan psikis.
1.2.2.   Faktor yang berasal dari luar (faktor  ekstern)
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat (Slameto, 1995 : 60)
a.    Faktor keluarga
Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.
1.    Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak, hal ini dipertegas oleh Wirowidjojo dalam Slameto (2003 : 60) mengemukakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan mutu pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan negara. Dari pendapat di atas dapat dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang mendidik anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya. 
2.    Relasi antar anggota keluarga
Menurut Slameto (2003 : 60) bahwa yang penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya. Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau sikap acuh tak acuh, dan sebagainya.
3.    Keadaan keluarga
Menurut Hamalik (2002 : 160) mengemukakan bahwa keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap keluarga terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan. Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan keluarga dapa mempengaruhi prestasi belajar anak sehingga faktor inilah yang memberikan pengalaman kepada anak untuk dapat menimbulkan prestasi, minat, sikap dan pemahamannya sehingga proses belajar yang dicapai oleh anak itu dapat dipengaruhi oleh orang tua yang tidak berpendidikan atau kurang ilmu pengetahuannya.
4.    Pengertian orang tua
Menurut Slameto (2003 : 64) bahwa anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk mengatasi kesulitan yang dialaminya.
5.    Keadaan ekonomi keluarga
Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.
6.    Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar (Roestiyah, 1989:  156). Oleh karena itu perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal.
7.   Suasana rumah
Suasana rumah sangat mempengaruhi prestasi belajar, hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003 : 63) yang mengemukakan bahwa suasana rumah merupakan situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak-anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, bising dan semwarut tidak akan memberikan ketenangan terhadap diri anak untuk belajar. Suasana ini dapat terjadi pada keluarga yang besar terlalu banyak penghuninya. Suasana yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga yang lain yang menyebabkan anak bosan tinggal di rumah, suka keluar rumah yang akibatnya belajarnya kacau serta prestasinya rendah.
b.    Faktor sekolah
Faktor sekolah dapat berupa cara guru mengajar, ala-alat pelajaran, kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid, disiplin sekolah, dan media pendidikan, yaitu :
1.    Guru dan cara mengajar
Menurut Purwanto (2004 : 104) faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam Djamarah  (2006 : 39) mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses , yaitu  proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.
Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menhidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Dengan demikian cara mengajar guru harus efektif dan dimengerti oleh anak didiknya, baik dalam menggunakan model, tehnik ataupun metode dalam mengajar yang akan disampaikan kepada anak didiknya dalam proses belajar mengajar dan disesuaikan dengan konsep yang diajarkan berdasarkan kebutuhan siswa dalam proses belajar mengajar
2.    Alat-alat pelajaran
Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat-alat belajar adalah suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, misalnya perpustakaan, laboratorium, dan sebagaianya. Menurut Purwanto (2004 : 105) menjelaskan bahwa sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak.
3.    Kurikulum
Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa kurikulum yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar maupun prestasi belajar siswa.
c.    Faktor Lingkungan Masyarakat
Faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa antara lain teman bergaul, kegiatan lain di luar sekolah dan cara hidup di lingkungan keluarganya.
1.    Kegiatan siswa dalam masyarakat
Menurut Slameto (2003 : 70) mengatakan bahwa kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang telalu banyak misalnya berorganisasi, kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
2.    Teman Bergaul
Anak perlu bergaul dengan anak lain, untik mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk perangainya. Perbuatan tidak baik mudah berpengaruh terhadap orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul. Menurut Slameto (2003 : 73) agar siswa dapat belajar, teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek perangainya pasti mempengaruhi sifat buruknya juga, maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus bijaksana.
3.    Cara Hidup Lingkungan
Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak tinggal, besar pengaruh terhadap pertumbuhan anak (Roestiyah, 1989 : 155). Hal ini misalnya anak tinggal di lingkungan orang-orang rajib belajar, otomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin juga tanpa disuruh. Faktor eksternal ini dapat menimbulkan pengaruh positif antara lain dilihat dari
1. Ekonomi keluarga
Menurut Slameto (1993 : 63), bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain. Juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.
2. Guru dan cara mengajar
Guru dan cara mengajar merupakan faktor yang penting bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu menyampaikan pengatahuan itu kepada anak-anak didiknya. Ini sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa karena guru yang berpengetahuan tinggi dan cara mengajar yang bagus akan memperlancar proses belajar mengajar sehingga siswa dengan mudah menerima pengetahuan yang disampaikan oleh gurunya.
3. Interaksi guru dan murid
Interaksi guru dan murid dapat mempengaruhi juga dengan prestasi belajar, karena interaksi yang lancar akan membuat siswa itu tidak merasa segan berpartisipasi secara aktif di dalam proses belajar mengajar.
4. Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegaiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, kegiatan keagamaan, dan lain-lain.
5. Teman bergaul
Anak perlu bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisainya karena siswa dapat belajar dengan baik apabila teman bergaulnya baik tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk perangainya
6.    Cara hidup lingkungan
Cara hidup tetangga di sekitar rumah besar pengaruhnya pada pertumbuhan anak (Roestiyah 1989 : 155). Hal ini misalnya anak yang tinggal di lingkungan orang-orang  yang rajin belajar otomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin belajar tanpa disuruh. Faktor eksternal yang dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi prestasi anak adalah:
a.    Cara mendidik
Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah anaknya sekolah akan menjadi anak yang kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan atau kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras maka anak tersebut manjadi penakut dan tidak percaya diri.
b.    Interaksi guru dan murid
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intern menyebabkan proses balajar mengajar menjadi kurang lancar juga anak merasa jauh dari guru maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajarnya. Guru yang mengajar bukan pada keahliannya, serta sekolah yang memiliki fasilitas dan sarana yang kurang memadai maka bisa menyebabkan prestasi belajarnya rendah.
1.3. Jenis dan indikator prestasi belajar
Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai setelah seseorang belajar. Menurut Ahmad Tafsir (2008: 34-35), hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu merupakan suatu target atau tujuan pembelajaran yang meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: 1) tahu, mengetahui (knowing); 2) terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing); dan 3) melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekwen (being). Adapun menurut Benjamin S. Bloom, sebagaimana yang dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullah (2008), bahwa hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga ranah yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain); 2) ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah psikomotor (psychomotor domain).
Bertolak dari kedua pendapat tersebut di atas, penulis lebih cenderung kepada pendapat Benjamin S. Bloom. Kecenderungan ini didasarkan pada alasan bahwa ketiga ranah yang diajukan lebih terukur, dalam artian bahwa untuk mengetahui prestasi belajar yang dimaksudkan mudah dan dapat dilaksanakan, khususnya pada pembelajaran yang bersifat formal. Sedangkan ketiga aspek tujuan pembelajaran yang diajukan oleh Ahmad Tafsir sangat sulit untuk diukur. Walaupun pada dasarnya bisa saja dilakukan pengukuran untuk ketiga aspek tersebut, namun ia membutuhkan waktu yang tidak sedikit, khususnya pada aspek being, di mana proses pengukuran aspek ini harus dilakukan melalui pengamatan yang berkelanjutan sehingga diperoleh informasi yang meyakinkan bahwa seseorang telah benar-benar melaksanakan apa yang ia ketahui dalam kesehariannya secara rutin dan konsekuen.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berkesimpulan bahwa jenis prestasi belajar itu meliputi 3 (tiga) ranah atau aspek, yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain); 2) ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah psikomotor (psychomotor domain). Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah tersebut di atas diperlukan patokan-patokan atau indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu dari ketiga ranah tersebut. Dalam hal ini Muhibbin Syah (2008: 150) mengemukakan bahwa: kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
Pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai indikator-indikator prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang akan menggunakan alat dan kiat evaluasi. Muhibbin Syah (2008: 150) mengemukakan bahwa urgensi pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai jenis-jenis prestasi belajar dan indikator-indikatornya adalah bahwa pemilihan dan pengunaan alat evaluasi akan menjadi lebih tepat, reliabel, dan valid.
Selanjutnya agar lebih mudah dalam memahami hubungan antara jenis-jenis belajar dengan indikator-indikatornya, berikut ini penulis sajikan sebuah tabel yang disarikan dari tabel jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi (Muhibbin Syah, 2008: 151).
 B. Kerangka Berpikir
             Guru sebagai bagian dari lingkungan sekolah berperan besar dalam menumbuhkan niat belajar dalam diri siswa sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang efektif, Siswa akan semakin bersemangat untuk belajar, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Secara sistematis kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

Komunikasi guru 
dan murid
Secara lisan
Secara tertulis
Melalui media 
elektronik
 
Prestasi belajar

Nilai meningkat
Rangking kelas naik
 
 



C. Hipotesis Penelitian
             “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana  rumusan  masalah  penelitian  telah  dinyatakan  dalam  bentuk  kalimat  tanya (Sugiyono,  2010:  96)”.  Menurut  Suharsimi  (2006:  71),  “hipotesis  dapat  diartikan sebagai  suatu  jawaban  yang  bersifat  sementara  terhadap  permasalahan  penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:  “Ada pengaruh positif dan signifikan komunikasi guru wali kelas terhadap prestasi siswa SMPN 8 Surakarta”.





Menghitung Korelasi pearson product dengan SPSS 21

         Bagi peneliti yang menggunakan pendekatan kuantitatif mungkin akan menjumpai beberapa alat bantu analisis baik berupa software ...